BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Fredrich
Silaban (lahir di Bonandolok, Sumatera Utara, 16 Desember 1912) adalah seorang
opzichter/arsitek generasi awal di negeri Indonesia. Walau hanya anak dari
seorang pendeta miskin, namun karena ketekunannya dapat mengantarkannya ke
gerbang kesuksesan yang membuat dia diakui sebagai arsitektur handal.
B.
Tujuan
Fredrich
Silaban adalah seorang arsitektur yang merancang bangunan-bangunan yang
sebagian hasil karyanya menjadi simbol kebanggaan bagi daerah tersebut. Monas
(Monumen Nasional), Masjid Istiqlal, Stadion Utama Gelora Bung Karno adalah
sederet bagunan-bangunan modern pada masanya yang hingga kini menjadi bangunan
bersejarah yang telah dirancang olehnya. Sehingga dapat dikatakan Fredrich
Silaban adalah arsitek handal yang dapat menjadi panutan bagi para mahasiswa
arsitektur. Di harapkan mahasiswa arsitektur dapat mencontoh perilaku beliau.
BAB II
ANALISA
Frederich
Silaban
·
Profil
Frederich Silaban
Berangkat dari keluarga miskin tidak
membuat Fredrich Silaban putus harapan untuk menjadi seorang arsitek. Fredrich
Silaban banyak menerima penghargaan atas hasil rancangannya.
Karier Frederch Silaban dalam dunia
arsitek bermula saat beliau masi bersekolah diJakarta. Saat itu beliau menekuni
bidang arsitektur setelah meliat bangunan Pasar Gambir di Koningsplein, Batavia
tahun 1929. Pasar Gambir tersebut adalah rancangan dari arsitektue Belanda, JH
Antonisse. Setelah lulus sekolah beliau mengunjungi kantor Antonisse. Disana
dia ditempatkan sebagai pegawai di Departemen Umum, di bawah pemerintahan
kolonial Belanda. Berkat usaha dan kerja kerasnya beliau pun sukses menjabat
sebagai Direktur Pekerjaan Umum tahun 1947 hingga 1965. Jabatan inilah yang
akhirnya membri kesempatan Frederich Silaban untuk keliling dunia. Lalu
frederich Silaban melanjutkan kuliah di Academie voor Bouwkunst atau akademi
seni bangunan. Beliau diakui sebagai lulusan terbaik.
Lewat sayembara pembuatan desain maket masjid
Istiqlal lah beliau mulai dikenal dan menjadi arsitek kesayangan presiden
pertama negara kita, Ir. Soekarno.
Arsitek kesayangan Soekarno ini
merupakan salah satu arsitek yang berpengaruh dalam perkembangan arsitek di
Indonesia, salah satunya beliau berperan dalam pembentukan Ikatan Arsitek
Indonesia (IAI). Pada tanggal 16 dan 17 September 1959 diadakan pertemuan besar
pertama apara arsitek dua generasi di Bandung. Pertemuan ini dihadiri 21 orang,
tiga orang arsitek senior diantaranya adalah Frederich Silaban. Dalam pertemuan
tersebut dirumuskan tujuan, cita-cita, konsep Anggaran Dasar dan dasar-dasar
pendirian persatuan arsitektur murni, sebagai yang tertuang dalam dokumen
pendiriannya, “Menuju dunia Arsitektur Indonesia yang sehat”. Pada malam yang
bersejarah itu resmi berdiri satu-satunya lembaga tertinggi dalam dunia
arsitektur profesional Indonsia dengan nama Ikatan Arsitektur Indonsia yang
disingkat IAI.
Pada masanya, Frederich Silaban sangat
berpengaruh dalam pembangunan negara kita. Dibawah ini adalah hasil rancangan
beliau yang hingga sekarang beberapa diantaranya masih di akui sebagai bangunan
bersejarah :
-
Stadion
Gelora Bung Karno Saat Masa Pembangunan
Stadion
Utama Gelora Bung Karno - Jakarta (1962)
·
Stadion
Utama Gelora Bung Karno dibangun dua tahun sebelum Asian Games IV 1962.
Soekarno sejak lama sudah mempunyai keinginan untuk membangun sebuah stadion
sepakbola. Salah satu syarat yang diminta Soekarno adalah stadion tersebut
memiliki atap temu gelang (berbentuk melingkar mengelilingi stadion yang
bertemu dikedua ujungnya). Fredrich Silaban lah yang akhirnya bisa mewujudkan
mimpi soekarno.
- Monumen
Pembebasan Irian Barat - Jakarta(1963)
· Tugu
pembebasan Irian Barat ini juga dirancang oleh Frederich Silaban.
-
Monumen
Nasional/ Tugu Monas - Jakarta (1960)
·
Sayembara
perancangan monumen Nasional digelar pada tahun 1955. Dari 51 karya yang masuk,
hanya satu karya yaitu karya Fredrich Silaban lah yang memenuhi kriteria yang
telah ditentukan. Kemudian sayembara kedua diadakan pada tahun 1960 namun tak
ada satupun dari 136 peserta yang memenuhi kriteria yang ditentukan. Akhirnya
Fredrich diminta untuk mengahadap Soekarno, namun Soekarno kuang menyukai
rancangannya. Soekarno pun meminta arsitek lain untuk melanjutkan rancangan
itu.
- Masjid Istiqlal
pada masa pembangunan
Masjid Istiqlal
- Jakarta (1954)
·
Rasa
toleransi yang sangat tinggi seorang Fredrich Silaban ditunjukkan dengan
perancangan salah satu masjid yang tercatat terbesar se-Asia Tenggara pada
tahun 1970-an ini dapat dilihat dari bangunan ini, walaupun beliau seorang
Kristen Protestan namun tetap membuat rancangan sedemikian detail dan
terstruktur dengan sangat rapih. Masjid ini dirancang olehnya dengan mengandung
angka dan ukuran yang memiliki makna dan lambangan tertu.
- Gedung
Pola - Jakarta (1962)
·
Gedung
pola merupakan gedung tempat memamerkan berbagai pola, model, atau rencana
pembangunan dalam bentuk maket, miniatur, peta, foto dan gambar.
- Gedung Bentol -
Jawa Barat
·
Disebut
gedung bentol karena ditiap dindingnya terdapat batu alam yang menempel seperti
bentol.
- Gerbang
Taman Makam Pahlawan Kalibata – Jakarta (1953)
·
Taman
Makam Pahlawan Kalibata atau TMP Kalibata adalah nama sebuah perkuburan yang
berlokasi di wilayah Kalibata, Jakarta Selatan, dan Dikhususkan bagi mereka
yang telah berjasa kepada negara kesatuan Republik Indonesia, termasuk para
pahlawan nasional, anggota militer, dan pejabat tinggi negara.
- Tugu
Khatulistiwa – Pontianak (1938)
·
Tugu
ini dibangun pertama kali pada tahun 1928 oleh seorangahli geografi berkebangsaan
Belanda. Pada tahun 1938 dibangun kembali dan disempurnakan oleh Frederich
Silaban. Pada tahun 1990 dibangun duplikat 5 kali lebih besar untuk melindungi
tugu khatulistiwa yang asli.
Dan
bangunan-bangunan lainnya, seperti :
- Gedung
HKBP Nommensen - Medan (1982)
Adalah sebuah
universitas di Medan, provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Universitas ini
didirikan pada 7 Oktober 1954. Namanya diambil dari nama Ingwer Ludwig
Nommensen, seorang penyebar agama Kristen Protestan di antara suku Batak di
Sumatera Utara pada akhir abad ke-19.
- Rumah
A Lie Hong - Bogor (1968)
- Markas
TNI Angkatan Udara - Jakarta (1962)
- Gedung
BNI 1946 - Jakarta (1960)
- Menara
Bung Karno - Jakarta (1960-1965) tidak terbangun
- Gedung
BLL, Bank I ndonesia, Jalan Thamrin - Jakarta (1960)
- Kantor
Pusat Bank Indonesia, Jalan Thamrin - Jakarta (1958)
- Rumah
Pribadi Frederich Silaban - Bogor (1958)
- Rumah
Dinas Walikota - Bogor (1952)
- Kantor
Dinas Walikota - Bogor (1951)
BAB III
PENUTUPAN
I.
Kesimpulan
Frederich
Silaban adalah seorang arsitek legendaris Indonesia yang sangat membanggakan.
Ketekunan dan toleransi yang tinggi antar umat beragama adalah sikap yang perlu
kita tiru.
Beliau
wafat pada 14 Mei 1984 (umur 71) Jakarta, Indonesia. Walau begitu, Sang
Legendaris ini masih terus dikenang oleh kebanyakan masyarakat lewat hasil
rancangannya yang gemilang.
II.
Daftar Pustaka